Laporan : Sam AS
Cianjur, metropuncaknews.com – Berkumpul bersama teman saat mendulang ilmu pengetahuan di bangku PGAN Cianjur pada akhir tahun 70 an, kiranya menjadi kenangan yang tak akan terlupakan. Saat itu, darah muda masih mengalir deras. Tak mau mengalah, ingin menang sendiri dan sekan ingin selalu mencoba. Wajah tampan dan cantik dimasa itu, merupakan andalan untuk merebut pujaan hati.
Hingga saat itu, merupakan suatu pergaulan yang sangat menyenangkan, masa remaja terasa bahagia. Karena selain berpacu mendulang ilmu juga diselingi canda ria, gelak tawa kadang saling ejek. Tapi semua itu tidak menjadi masalah. Apalagi menjadi permusuhan. Semua itu menjadi kenagan indah yang tak mungkin tergantikan apalgi terlupakan.
Namun, seiring dengan perjalanan waktu, pada tahun 1981 seluruh siswa PGAN berpisah. Ada yang pulang ke kampung halamannya masing-masing, Bahkan tidak sedikit yang bekerja di berbagai dinas instansi, lembaga pemerintah yang ada di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Namun diantara teman seangkatan, ada pula yang bekerja di luar Provinsi Jawa Barat.
Sejak itulah, seluruh sahabat seangkatan menghilang. Lenyap bagaikan ditelan bumi. Tak ada kabar selama puluhan tahun. Kalau dihitung-hitung, kurang lebih sekitar 37 tahun berpisah tanpa ada kabar dan beritanya.
Namun, berkat Kebesaran dan KemurahanNya, teman seangkatan yang notabene Alumni PGAN (APGAN) bisa dipertemukan kembali di Taman Bunga Nusantara, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Itu pun baru sebagian kecil yang bisa hadir. Tapi semua itu sudah terasa cukup sebagai pengobat rindu.

Pertemuan silaturahmi, temu kangen dan papajar (rekreasi menyambut datangnya Ramadhan-Red) itu memang terkesan mendadak. Namun mampu menyirnakan rasa rindu, kangen selama 37 tahun tak berjumpa. Temu kangen tersebut tidak hanya melepas rindu saja, tapi mampu menghasilkan beberpa program untuk pertemuan kedepan. Diantaranya, arisan bulanan, iuran rutin sebagai bentuk kepedulian yang nantinya untuk disalurkan pada yatim piatu, jompo dan pada fakir miskin yang membutuhkannya. “ Selain itu, rencana ke depan akan membuka usaha kecil-kecilan dengan cara modal patungan,” ucap Abah Sopyan (56) Ketua Apgan 81.
Sementara itu, anggota Apgan 81, Dedeh didampingi Ahmad Hudaya menambahkan, pertemuan yang singkat itu, benar membuat bahagia, senang seluruh teman lama saat duduk di bangku PGAN Cianjur 37 yang lampau. Biarpun sudah lama tak berjumpa, masih tetap terlihat sikap, karakter dan gaya hidup seluruh teman tak begitu berubah secara signifikan.
Kecuali wajah, kulit dan rambut yang benar berubah secara signifikan. Sehingga pertama jumpa dengan beberapa orang teman seakan tak mengenalnya. Lupa akan wajah yang selama ini teringat dalam benak pikiran. Namun setelah terdengar suara sapaan dan terlihat senyumannya, baru teringat namanya.
Seperti halnya bertemu dengan Tatang, Ahmad Husen, Asep Kocih, Hamzah, Abah Suryana, Nani Hunaeni, Yusuf Jejen semua teman laki laki itu, dulunya terkenal dengan kegantengannya, galak, beringas tapi penyayang terhadap sesama.
Sedangkan, Cicih, Wawa, Tati, Iis, Neng Rita, Titim, Yayah, Iis Mulyani, Iis Sukaesih, Aisyah, Yoyoh, Sari, Nenden, itu semua tergolong ayu, anggun dan keibuan. Berdeda dengan Yeti Qobtiah, Cucu Masitoh beserta Dedeh, cantik namun agak sedikit ganjen dan cerewet.
Setelah bertemu muka langsung, ternyata tak mengenalnya sama sekali. Karena selain sudah lama tak berjumpa juga perubahan wajah sangat signifikan jauh apa dibayangkan dalam benak pikiran, jaman dulu dimasa remaja.
Terimakasih kawan, biarpun belum seluruhnya bisa bertemu, kita sudah bisa bersua biarpun hanya sekejap. Tapi semua itu mampu memudarkan rasa rindu selama 37 tahun.
” Silaturahmi dan papajar sekarang ini sangatlah istimewa, kerena bisa bertemu dengan banyak teman,” tutur Dedeh yang diamini Ahmad Hudaya.
Berbeda dengan yang diucapkan Yeti Qobtiah. Ia datang dari Kota Tangerang ke Cianjur, tidak sia-sia. Selain bisa melepas rindu dengan banyak teman, juga bisa bertemu pula dengan dua orang teman favoritnya dimasa lalu. Namun tak bisa banyak berbicara karena terbatas dengan waktu. ” Terima kasih kawan, aku bisa bertemu dan bisa melapas rindu biarpun hanya sekejap,” ujar Yeti dengan suara parau menahan tangis dan haru.